Ayat Al - Qur'an

Rabu, 31 Juli 2013

Sifat Rasulullah dan berkah di balik uang delapan dirham

Suatu pagi, Rasulullah Muhammad SAW memperhatikan dengan seksama pakaian yang dikenakannya setiap hari. Pakaian itu tampak sangat lusuh lantaran selalu dipakai Rasulullah.

Tetapi, Rasulullah sama sekali tidak memiliki baju ganti dan hanya memiliki rezeki sebanyak delapan dirham. Dia kemudian bergegas pergi ke pasar untuk membeli pakaian baru.

Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang wanita yang menangis karena kehilangan uang. Rasulullah kemudian memberikan dua dari delapan dirham yang dia bawa agar si wanita itu berhenti menangis.

Setelah itu, Rasulullah bergegas menuju tempat pedagang pakaian. Dengan seksama, Rasulullah melihat pakaian yang dipajang dan akhirnya membeli sepasang pakaian dengan harga empat dirham.

Dengan perasaan gembira karena memiliki pakaian baru, Rasulullah kemudian pergi meninggalkan pedagang pakaian di pasar itu. Tetapi, di tengah jalan Rasulullah bertemu dengan seorang kakek dalam keadaan agak telanjang.

Sifat dasar Rasulullah kemudian muncul. Rasulullah tidak tega melihat ada orang lain menderita. Akhirnya, Rasulullah memberikan pakaian yang baru saja dibelinya kepada si kakek itu.

Si kakek merasa senang dan sangat berterima kasih kepada Rasulullah. Rasulullah pun membalasnya dengan senyum dan menyuruh si kakek untuk segera memakai pakaian yang sudah diberikan.

Setelah itu, Rasulullah kembali membeli pakaian menggunakan sisa uang yang dimilikinya. Rasulullah pun akhirnya dapat membeli pakaian dengan harga dua dirham, tentu dengan kualitas di bawah pakaian yang sebelumnya telah dibeli.

Hal itu tidak menyurutkan kegembiraan Rasulullah. Segeralah dia bergegas untuk pulang, karena hari semakin senja.

Saat menuju rumah, di tengah perjalanan Rasulullah kembali bertemu dengan wanita yang tadi menangis karena kehilangan uang. Wanita itu tampak khawatir, dan membuat Rasulullah mendekatinya.

"Ada apa engkau? Mengapa engkau tampak begitu khawatir?" tanya Rasulullah.

"Saya takut tidak bisa pulang, wahai Rasulullah. Karena saya telah melewati batas waktu yang diberikan oleh majikan saya," kata si wanita itu.

"Ya sudah kalau begitu. Saya akan mengantarmu pulang," ucap Rasulullah.

Wanita itu mengiyakan tawaran Rasulullah. Kemudian, Rasulullah mengantar si wanita itu pulang ke rumah majikannya, yang berada di dalam perkampungan kaum Anshar.

"Assalamu alaikum warahmatullah," ucap Rasulullah kepada pemilik rumah, yang sama sekali tidak menyahut. Rasulullah mengulangi salam itu sampai tiga kali, tetapi, sama sekali tidak ada balasan.

Sejenak, wanita pemilik rumah keluar dan menemui Rasulullah. "Mengapa kamu berbuat demikian?" tanya Rasulullah kepada wanita pemilik rumah karena tidak menjawab salam.

"Saya hanya ingin agar mendapat salam lebih banyak dari engkau, ya Rasulullah," kata wanita si pemilik rumah. "Lantas, adakah hal yang engkau perlukan, hingga engkau datang ke rumah ini?" tanya si pemilik rumah.

"Pembantumu tidak berani pulang karena tidak bisa menepati waktu yang engkau berikan kepadanya. Maka saya ke sini untuk mengantarnya pulang. Sekiranya dia harus mendapat hukuman, biarlah saya yang menerima hukuman itu," ujar Rasulullah.

Perkataan Rasulullah membuat pemilik rumah terharu, karena telah mengantarkan si pembantu dan memintakan maaf, padahal Rasulullah tidak melakukan kesalahan sama sekali. "Kami telah memaafkannya dan telah membebaskannya," jawab pemilik rumah.

Mendengar jawaban itu, Rasulullah merasa senang dan segera pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Rasulullah tampak begitu bahagia, karena dengan uang delapan dirham yang dimilikinya ternyata membawa berkah tidak hanya bagi Rasulullah sendiri, melainkan juga bagi orang lain, salah satunya seorang budak yang dimerdekakan oleh majikannya.

"Belum pernah kutemui berkah angka delapan seperti hari ini. Delapan dirham mampu memberikan rasa aman bagi seseorang dari ketakutan, mencukupi kebutuhan orang yang sangat mendesak, dan dapat memerdekakan budak," ucap Rasulullah.